Senin, 19 Mei 2014

Surat Resmi

Surat Resmi

Pengertian Surat Resmi
Surat Resmi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan resmi, baik perseorangan, instansi, maupun organisasi. Dalam penulisan surat resmi yang baik dan benar terdapat ketentuan tertentu yang perlu diperhatikan. 
Ciri-ciri Surat Resmi
  • Menggunakan kop atau kepala surat, apa bila surat tersebut dikeluarkan oleh organisasi tertentu
  • Terdapat Nomor surat,lampiran dan perihal
  • Menggunakan salam pembuka dan salam penutup yang lazim digunakan
  • Menggunakan bahasa resmi yang sesuai dengan EYD atau aturan bahasa yang baik
  • Menyertakan stempel atau cap dari lembaga resmi
Untuk mempermudah dalam membuat surat resmi yang baik dan benar, terdapat susunan atau urutan  format kerangka surat resmi yang terdiri dari beberapa bagian yaitu:

Bagian-Bagian Surat Resmi
  1. Kop / Kepala Surat
  2. Tanggal 
  3. Nomor Surat
  4. Lampiran 
  5. Hal
  6. Alamat Tujuan
  7. Salam Pembuka
  8. Isi Surat
  9. Salam Penutup
  10. Pengirim
  11. Tembusan
  12. Inisial
Kop / Kepala Surat
Dalam penulisan surat resmi  menggunakan kop / kepala surat apabila surat tersebut dikelurakan oleh instansi atau organisasi tertentu. Kop / kepala surat umumnya mencantumkan nama perusahaan, alamat, nomor telepon, fax, alamat email dan alamat situs website. Selain itu juga menggunakan logo atau lambang instansi terkait diletakkan di sebelah kiri kop surat.

Tanggal Surat
Dalam penulisan tanggal dalam surat resmi yang baik dan benar, lihat contoh format tanggal dibawah ini. Penulisan tanggal yang benar yaitu tanggal ditulis dengan angka, bulan ditulis dengan angka dan diawali dengan huruf kapital, sedangkan penulisan tahun penulisannya sema dengan tanggal yaitu dengan menggunakan angka. Sebelum penulisan tanggal nama kota tidak boleh dicantumkan karena nama kota sudah ada di bagian kepala surat dan alamat tujuan.

Contoh penulisan tanggal yang benar : 13 Juli 2012
Contoh penulisan tanggal yang salah  :
Kuala Tungkal, 13 Juli 2012
Kuala Tungkal, 13-7 2012
Kuala Tungkal : 13 Juli 2012
13-Juli-2012
13 Juli 12
Nomor Surat
Dalam penulisan surat resmi, Nomor surat merupakan salah satu bagian dalam membuat surat resmi. Nomor surat resmi umumnya ditulis dengan kombinasi angka dan huruf. huruf menandakan instansi yang membuat surat resmi tersebut sedangkan angka digunakan untuk menentukan periode atau waktu surat tersebut diterbitkan.
Contoh Penulisan Nomor Surat Resmi yang benar :

Nomor: 113/U/OSIS/2012
No: 113 / U /OSIS / 2012
Nomor: 113.U.OSIS.2012

Alamat Tujuan
Dalam penulisan alamat tujuan surat, sebaiknya gunakan nama orang disertai jabatannya, atau gunakan jabatannya saja jangan menggunakan instansinya.  
Contoh:
Yth. Bapak Muhammad Iqbal
Bendaharawan Gaji
Kantor  Penanggulangan Kebakaran
Tanjung Jabung Barat
Kuala Tungkal 

Daftar Pustaka
Iqbal.2012."Surat Resmi".http://m-iqball.blogspot.com/2012/07/surat-resmi.html. diunduh 20 mei 2014.

Senin, 12 Mei 2014

FEATURE (Berita Khas)



A. Pengertian Feature
Feature merupakan  bentuk tulisan yang dalam dan enak untuk disimak. Kisahnya deskriptif, memaparkan peristiwa secara objektif, sehingga bisa membangkitkan bayangan-bayangan kejadian yang sesungguhnya kepada pembaca. Redaktur Senior Majalah Gatra, Yudhistira ANM Massardi, mengatakan, Feature bukan karya fiksi, tapi karya jusnalistik. Karenanya, Featur harus memiliki satu makna, satu arti, tidak seperti karya sastra yang banyak arti tergantung si pembacanya. Feature juga disebut karya “sastra jurnalistik” karena sangat bertumpu pada kekuatan deskripsi yakni mampu mengambarkan situasi dan suasana secara rinci, hidup, berkeringat (basah), beraroma, membuka pintu akal, membetot perhatian, meremas perasaan, sehingga imajinasi pembaca terbawa ke tempat peristiwa.
Feature adalah jenis tulisan yang lebih bersifat menghibur, isinya kadang sesuatu yang remeh dan luput dari liputan wartawan straight news, tetapi tidak terlalu terikat dengan tenggat waktu. Ia bisa ditulis kapan saja dan di-publish kapan saja. Karenanya, ia awet.
Jadi, Jika dalam penulisan berita yang diutamakan ialah pengaturan fakta-fakta, maka dalam penulisan feature kita dapat memakai teknik ‘’mengisahkan sebuah cerita’’. Itulah kunci perbedaan antara berita ‘’keras’’ (hard news) dan feature. Penulis feature pada hakikatnya adalah seorang yang berkisah. Penulis melukis gambar dengan kata-kata: ia menghidupkan imajinasi pembaca; ia menarik pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama. Penulis feature untuk sebagian besar tetap menggunakan penulisan jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tapi bila ada aturan yang mengurangi kelincahannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos aturan itu.
Batasan feature macam-macam. Umumnya orang mengartikannya sebagai : karangan khas. Rasanya, pengertian itu belum menjelaskan apa-apa. Deskripsi feature yang agak jelas barangkali yang ini, “cerita feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subjektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan, atau aspek kehidupan”.
Asep Syamsul M. Romli menjelaskan bahwa dari sejumlah pengertian feature yang ada, dapat ditemukan beberapa ciri khas tulisan feature, antara lain:
1.      Mengandung segi human interest
Tulisan feature memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah emosi—menghibur, memunculkan empati dan keharuan. Dengan kata lain, sebuah feature juga harus mengandung segi human interest atau human touch—menyentuh rasa manusiawi. Karenanya, feature termasuk kategori soft news (berita ringan) yang pemahamannya lebih menggunakan emosi. Berbeda dengan hard news(berita keras), yang isinya mengacu kepada dan pemahamannya lebih banyak menggunakan pemikiran.
2. Mengandung unsur sastra
Satu hal penting dalam sebuah feature adalah ia harus mengandung unsur sastra. Feature ditulis dengan cara atau gaya menulis fiksi. Karenanya, tulisan feature mirip dengan sebuah cerpen atau novel bacaan ringan dan menyenangkan namun tetap informatif dan faktual. Karenanya pula, seorang penulis feature pada prinsipnya adalah seorang yang sedang bercerita.

B. Unsur-unsur Feature
Unsur penulisan feature menurut Williamson ada 5 yaitu:
1. Kreatifitas (creativity).
Laporan feature harus mengkreasikan sudut pandang penulis berdasarkan riset terhadap fakta-fakta yang telah ditelusuri.
2. Subjektivitas (subjectivity).
Sangat mungkin menggunakan sudut pandang orang pertama, atau “saya” dengan emosi campur nalar, sebagai cara mendapatkan fakta-fakta.
3. Informatif (informativeness).
Materi laporan tentang hal yang ringan, namun berguna bagi masyarakat. Seperti situasi saat peristiwa terjadi dan tidak diliput media lain.
4. Menghibur (entertainment).
Laporan harus berwarna-warni terhadap berita-berita rutin seperti pembunuhan, selingkuh, bencana alam dll, sehingga pembaca larut dalam kesedihan atau malah tertawa terbahak-bahak.
5. Tidak Dibatasi Waktu (unperishable).
Bahwa feature tidak lapuk dimakan deadline, karena topiknya dibahas secara mendalam.

C. Jenis-jenis Feature
1. Feature Berita
Yaitu suatu feature yang lebih banyak mengandung unsur beritanya, dan berhubungan dengan peristiwa aktual yang menarik perhatian khalayak. Feature ini biasanya adalah merupakan pengembangan dan pendalaman (News analisys) dari sebuah Straight News atau issue yang masih menjadi perhatian publik.

2.     Feature Opini
Feature jenis inipun biasanya terkait secara langsung atau tidak langsung dengan isu-isu yang masih aktual tentang sebuah peristiwa, sebuah ide/gagasan, atau sebuah statemen (pernyataan) orang penting, dan lain-lain. Bisa juga termasuk ke dalam jenis ini adalah artikel tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fenomena kehidupan sosial-ekonomi, politik, kebudayaan, kesusteraan, dan lain-lain.
3.     Feature Human Interest
Yaitu Feature yang muatan isinya langsung dapat menyentuh rasa perikemanusiaan pembaca, seperti kegembiraan, kejengkelan, bahkan kebenciannya. Contohnya adalah feature tentang anak jalanan di Jakarta, perilaku penyimpangan seksual di kalangan remaja, merebaknya perilaku peyalahgunaan narkoba, dan sejenisnya.
3.     Feature Profil Tokoh (biografi)
feature ini bercerita tentang penampilan (profil) dan biografi singkat tokoh-tokoh tertentu yang menarik untuk dibaca. Contoh feature jenis ini misalnya adalah tulisan tentang seorang tokoh yang baru meninggal (in memoriam)
4.     Feature Perjalanan/Petualangan
Feature ini biasanya ditulis oleh pelaku perjalanan atau petualangan secara langsung atau tak langsung. Tulisan ini mengungkap laporan kisah perjalanan, fakta-fakta yang ditemui, dan kesan-kesan yang dirasakan selama perjalanan itu. Dalam Feature jenis ini, subjektifitas penulis sangat menonjol dengan sudut pandang “aku” atau “kami”.
6.      Feature Sejarah
Feature ini bercerita tentang fakta-fakta sejarah peristiwa dan tokoh masa lampau di suatu daerah atau tempat. contohnya tentang peristiwa proklamasi kemerdekaan RI, strategi dakwah Islam para wali songo di pulau jawa, dan lain-lain. Feature sejarah yang baik, mampu membawa pembacanya ke masa silam. Seolah para pembaca ikut masuk ke dalam peristiwa sejarah yang dibacanya.
7.     Feature Tips
Feature ini dikenal juga dengan informasi how to do it. Misalnya tentang model pakaian, cara membuat dan menjahitnya, tentang resep makanan, merangkai bunga, kerajinan tangan, merawat dan mengoperasikan kamera, dan sejenisnya.

D. Fungsi Feature
            Fungsi feature mencakup lima hal :
a. sebagai pelengkap sekaligus variasi sajian berita langsung (straight news)
b. pemberi informasi tentang situasi, keadaan, atau peristiwa yang terjadi
c. penghibur atau sarana rekreasi dan pengembangan imajinasi yang menyenangkan
d. wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu keadaan atau peristiwa
e. sarana ekspresi yang paling efektif dalam mempengaruhi khalayak



E. Langkah-langkah Menulis Feature
Pada dasarnya, teknik penulisan feature serupa dengan penulisan prosa atau karya fiksi, yang menekankan pada gaya penceritaan sebuah berita. Feature juga mengizinkan penulisnya menggunakan metafora untuk memberikan kesan pada perasaan pembaca. Akan tetapi, karena merupakan karya jurnalistikfeature tetap berpijak pada data-data faktual atau kejadian yang sebenarnya.
Salah satu ciri khas dalam teknik penulisan feature adalah penggunaan lead yang menarikLead atau paragraf pertama pada feature berperan sebagai umpan untuk menangkap minat pembaca. Keberadaan lead yang baik sangat berperan dalam keberhasilan sebuah feature.
Jika straight news selalu berpola piramida terbalik, dalam teknis penulisan feature biasanya digunakan alas sebagai ending atau penutup cerita. Di antara lead dan ending, terletak batang tubuh atau isi cerita. Ibarat sebuah tubuh, lead adalah kepala feature, batang tubuh adalah badan, dan ending adalah ekornya. Ketiganya harus saling terkait. Isi lead harus tergambar dalam batang tubuh dan ditegaskan oleh ending.

Persiapan Sebelum Menulis
Sebelum menulis sebuah feature, penulis biasanya melakukan beberapa langkah persiapan sebagai berikut:
  1. Menemukan tema
Hampir semua kejadian, baik yang biasa-biasa saja maupun yang luar biasa, bisa dijadikan latar penulisan sebuah feature. Langkah persiapan pertama yang harus dilakukan dalam teknik penulisan feature adalah menemukan tema yang akan diangkat ke dalam feature. Setelah tema didapatkan, barulah penulis memilih peristiwa yang akan dijadikan latar.
  1. Mengumpulkan bahan
Langkah selanjutnya dalam teknik penulisan feature adalah mengumpulkan bahan. Penulis bisa langsung terjun ke lokasi peristiwa untuk mewawancarai pelaku dan orang-orang yang ada di sekitar peristiwa, atau melakukan studike pustakaan dengan membaca buku-buku tentang sebuah peristiwa atau menelusurinya di search engine.

  1. Membuat kerangka karangan
Setelah bahan-bahan terkumpul, langkah berikutnya adalah membuat kerangka karangan. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bagian teratas dari karangan adalah lead, dilanjutkan dengan batang tubuh, dan ditutup dengan ending. Kerangka karangan yang perlu dipersiapkan dalam teknik penulisan feature adalah poin-poin yang akan dijabarkan dalam batang tubuh.

  1. Membuat lead
Sebagai langkah sebelum penutup dari persiapan sebelum menulis adalah mencari lead yang sesuai, menggambarkan keseluruhan atau paling tidak poin-poin penting yang hendak disampaikan dalam feature, serta mampu menarik minat pembaca. Lead dapat berbentuk kutipan, pertanyaan, deskripsi, tudingan, atau bahkan humor.

  1. Menulis
Setelah semua langkah persiapan tersebut selesai dilakukan, barulah penulis bisa menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam sebuah feature dengan baik. Sebagai penutup, ending bisa berupa pengulangan lead atau berisi kalimat-kalimat yang mempertegas lead.









DAFTAR PUSTAKA
Abdur, Rosyid.2009.”mengenal tulisan jurnalistik : “featute (berita kisah, berita khas)” http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/30/mengenal-tulisan-jurnalistik-feature-berita-kisah-berita-khas/ diunduh 5 Mei 2014-05-11
Iklimasyafitri.2012.”pengertian, jenis dan ciri-ciri feature” http://iklimasyafitri.blogspot.com/2012/02/pengertianjenisciri-ciripersyaratan.html diunduh 05 mei 2014.
Winarto.2013.”menulis berita feature http://grahamediaschool.com/penulisan-berita-feature/  diunduh 5 mei 2014









Rabu, 07 Mei 2014

Bidadari Surga (Alm. Uje)


Pengembangan Bahasa Indonesia



Pengembangan Bahasa Indonesia

A.  Arti, Latar Belakang dan Tujuan Pengembangan Bahasa Indonesia
Pengembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara, proses atau perbuatan mengembangkan. Pengembangan bahasa Indonesia berarti merupakan cara, proses atau perbuatan untuk mengembangkan bahasa Indonesia.
Pengembangan bahasa tidak melalui perencanaan ataupun berkembang dengan sendirinya, tetapi mengikuti arus perkembangan pembangunan nasional. Masyarakat yang membangun dan memgembangkan penyelenggaraan tata usaha kenegaraannya di dalam berbagai bidangnya seperti politik, ekonomi, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, organisasi masyarakat lainnya mempunyai jaringan perhubungan dengan masyarakat lainnya. Hubungan masyarakat tersebut memakai dua bahasa, bahasa pertama dan bahasa kedua sehingga akan menimbulkan bahasa ketiga. Bahasa ketiga inilah yang akan memberikan konstribusi pengembangan pada bahasa ke dua masyarakat itu.
Pengembangan ditujukan pada upaya peningkatan mutu daya ungkap bahasa Indonesia. Peningkatan mutu daya ungkap itu meliputi perluasan kosakata bahasa Indonesia dan pemantapan kaidah-kaidahnya sejalan dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi serta kebudayaan yang amat pesat.. Upaya untuk terus mengembangkan bahasa Indonesia agar menjadi bahasa yang dapat menjadi wadah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diamanatkan hampir dalam setiap Kongres Bahasa Indonesia.
Kongres Bahasa Indonesia VIII (Jakarta, 14–17 Oktober 2003) kembali menegaskan perlunya pengembangan bahasa Indonesia dalam kaitan fungsi bahasa ini sebagai sebagai sarana komunikasi dalam pengembangan ilmu dan teknologi serta seni. Untuk fungsi itu juga, atas bahasa Indonesia perlu dilakukan pemantapan struktur bahasa. Pemerkayaan bahasa Indonesia perlu juga memanfaatkan berbagai sumber dari bahasa daerah secara proporsional. Mutu dan daya ungkap bahasa Indonesia perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan sehingga dapat menjadi sarana yang lebih ampuh dalam pengembangan ilmu dan teknologi serta seni.  Jadi, dapat dirangkum bahwa arah tujuan pengembangan kosakata bahasa Indonesia
sebagai berikut.
1.      menyediakan kosakata ilmu pengetahuan
2.      memperlengkap kata-kata yang diperlukan di dalam dunia ilmu pengetahuan dan kebudayaan
3.      menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmiah dan modern

B. Fungsi Pengembangan Bahasa Indonesia         
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3).
Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi.  Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu (Sunaryo, 1993, 1995).
Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).
.
C. Strategi Pengembangan Bahasa Indonesia
Pengembangan ditujukan pada upaya peningkatan mutu daya ungkap bahasa Indonesia. Peningkatan mutu daya ungkap itu meliputi perluasan kosakata bahasa Indonesia dan pemantapan kaidah-kaidahnya sejalan dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi serta kebudayaan yang amat pesat.Upaya pengembangan kosakata bahasa Indonesia dilakukan dengan berbagai strategi, antara lain : (1) mengangkat kembali kata-kata lama yang sudah usang (terpendam) dengan pemaknaan baru, (2) meminjam kata-kata dari bahasa daerah atau dari bahasa asing untuk mengisi kekosongan konsep atau menambah kesinoniman dengan kosakata yang sudah ada sebelumnya, dan (3) membentuk kata-kata baru, baik melalui akar kata maupun melalui proses morfologis.
Selain Pengembangan kosakata dalam bahasa indonesia, upaya lain yang dapat digunakan untuk mengembangkan bahasa Indonesia antara lain:
1.      Perluasan Pemakai Bahasa.
Perluasan pemakaian bahasa adalah salah satu cara efektif pada pengembangan suatu bahasa. Semakin banyak penutur suatu bahasa akan mengalami pengembangan dan peningkatan yang baik. Bahasa Indonesia akan tetap pada kedudukan dan fungsinya yang sebenarnya yaitu sebagai bahasa negara dan sebagai bahasa resmi kenegaraan, karena fungsi dan pemakaiannya digunakan pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
2. Pembinaan Kepada Masyaakat.
Pentingnya pembinaan dan pengembangan bahasa kepada masyarakat akan menjaga fungsi dan peranan suatu bahasa. Sikap bahasa yang positif terhadap bahasa akan menjaga kelestarian suatu bahasa tersebut. Bahasa mendapatkan kedudukan dan perhatian yang seharusnya, sehingga meningkatnya mutu pada pengunaan bahasa Indonesia.
3. Penelitian Bahasa.
Penelitian bahasa adalah salah satu bentuk pengembangan bahasa. Melalui penelitian yang seksama dan program penggunaan bahasa akan membantu proses pengembangan bahasa yang diharapkan. Penelitian bahasa adalah salah satu bentuk dari perencaan pada pengembangan bahasa.
4.      Pengembangan Bahasa Melalui Media Massa
Media massa (cetak ataupun elektronik) setiap hari mengunjungi masyarakat dengan menggunakan sarana bahasa Indonesia. Oleh karena itu, media massa memiliki fungsi yang amat strategis dalam upaya pengembangan ataupun pembinaan bahasa Indonesia. Bahkan, sering terjadi media massa dijadikan acuan dalam penggunaan bahasa Indonesia. Sugono (2008) mengemukan dalam hubungan dengan pengembangan bahasa Indonesia media massa dapat mengambil peran dalam penggalian dan penyebarluasan kosakata dari khazanah budaya daerah. Penggalian budaya daerah ke dalam bahasa Indonesia itu akan memperkaya kosakata bahasa Indonesia yang sekaligus mengimbangi laju pertumbuhan kosakata bahasa Indonesia dari penyerapan kosakata bahasa asing. Selama pengungkapan budaya daerah tersebut belum terdapat dalam kosakata bahasa Indonesia, pengambilan kosakata bahasa daerah dalam pengungkapan budaya daerah tersebut akan memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Misalnya, kata kaharingan, ganihut, dan mandau adalah contoh pengangkatan kosakata bahasa daerah yang memperkaya bahasa Indonesia. Kata ngaben, pura, galungan, dan subak adalah kata-kata bahasa Bali yang masuk ke dalam bahasa Indonesia. Dengan kata lain, media massa memiliki peran yang amat penting dalam pengayaan kosakata bahasa Indonesia sekaligus penyebarluasannya ke masyarakat Indonesia di luar wilayah bahasa daerah yang bersangkutan, bahkan ke penutur di luar Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA

Anita, Bastra.2012. “Pengembangan Bahasa Indonesia”. http://anitabastra.blogspot.com/2012/05/pengembangan-bahasa-indonesia.html. diunduh 1 mei 2014.

Sugono, Dendy. 2008. ”Pemanfaatan Bahasa Daerah dalam Pengembangan Bahasa Indoensia Media Massa”. Pusat Bahasa Depdiknas. (http://pondokbahasa.wordpress.com/2008/08/07 /pemanfaatan-bahasa-daerah-dalam-pengembangan-bahasa-indonesia-media-massa/). Diunduh tanggal 1 Mei 2014.