Kamis, 17 April 2014

Keterampilan Bertanya



A.            Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi, bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berfikir. Dalam proses belajar mengajar , bertanya memainkan peranan penting sebab perrtanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa,  yaitu: 
a.        Meningkatkan partisipasi siswa dalam dalam kegiatan belajar mengajar.
b.       Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu hamasalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan.
c.        Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya.
d.      Menuntun proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar menentukan jawaban yang baik.
e.        Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
B.     Komponen – Komponen keterampilan
1.      Keterampilan bertanya dasar
Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen – komponen yang dimaksud adalah pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan, pemindah giliran, penyebaran, pemberian waktu berfikir dan pemberian tuntutan. Keterampilan bertanya terdiri atas komponen – komponen berikut

a.       Pengungkapan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan guru hendaknya singkat dan jelas, sehingga mudah dipahami oleh para siswa. Pertanyaan yang demikian dibuat dengan menggunakan struktur kalimat yang sederhana serta kata – kata yang sudah dikenal siswa. Cobalah bandingkan pertanyaan – pertanyaan berikut ini:
1. Apa yang menyebabkan sehingga banyak siswa diberi kesempatan bertanya tidak menggunakannya ?
2. Mengapa banyak siswa yang tidak menggunakan kesempatan bertanya ?
Pertanyaan yang kedua lebih jelas dan singkat dari pada pertanyaan pertama.

b. Pemberian acuan
Sebuah pertanyaan dapat dijawab jika yang ditanya mengetahui informasi yang berkaitan dengan pertanyaan tersebut. Oleh karena itu sebelum bertanya, guru perlu memberikan acuan berupa informasi yang perlu diketahui siswa.  Siswa akan mengelolah informasi yang diberikan sehingga dapat menjawab pertanyaan guru.

c. Pemusatan
Pertanyaan dapat dibagi menjadi pertanyaan luas dan pertanyaan sempit. Pertanyaan luas menuntut jawaban pertanyaan yang umum dan cukup luas, sedangkan pertanyaan yang sempit menuntun jawaban yang khusus dan spesifik.

d. Pemindahan giliran
Ada kalanya sebuah pertanyaan, lebih – lebih pertanyaan yang cukup kompleks,tidak dapat dijawab tuntas oleh seorang siswa. Dalam hal ini guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa lain dengan cara pemindahan giliran. Artinya, setelah siswa pertama memberikan jawaban,guru meminta siswa kedua melengkapi jawaban tersebut, kemudian meminta lagi kepada siswa ketiga dan seterusnya. Cara seperti ini dapat mendorong siswa untuk selalu memperhatikan jawaban yang diberikan temannya serta meningkatkan interaksi antar siswa.

e. Penyebaran
Penyebaran pertanyaan berarti menyebarkan giliran untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Kalau mungkin semua siswa didalam kelas mendapat giliran yang merata untuk menjawab pertanyaan. Teknik penyebaran perlu diperhatikan oleh guru, lebih-lebih bagi guru yang biasa mengajukan pertanyaan pada siswa tertentu. Adakalanya guru melupakan siswa yang duduk dideretan belakang, sehingga aman untuk dari kejaran pertanyaan guru. Tujuan penyebaran pertanyaan adalah untuk meningkatkan perhatian dan partisipasi siswa.

f. Pemberian waktu berpikir
Untuk menjawab satu pertanyaan, seseorang memerlukan waktu untuk berpikir demikian juga seorang siswa yang harus menjawab pertanyaan guru memerlukan waktu untuk memikirkan jawaban pertanyaan tersebut. Oleh karena itu, setelah mengajukan pertanyaan guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum meminta atau menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya. Kebiasaan guru yang menunjuk siswa yang lebih dahulu untuk menjawab pertanyaan itu yang diajukan, tidak dapat dibenarkan sebab tidak memberikan waktu untuk berpikir dan siswa lain tidak memperhatikan pertanyaan guru.

g. Memberikan tuntunan
Kadang-kadang pertanyaan yang diajukan guru tidak dapat dijawab oleh siswa, ataupun jika ada yang menjawab, jawaban yang diberikan tidak seperti yang diharapkan. Dalam hal ini, guru tidak boleh diam dan menunggu sampai siswa memberikan jawaban. Guru harus memberikan tuntunan yang memungkinkan siswa secara bertahap mampu memberikan jawaban yang diharapkan. Tuntunan dapat diberikan antara lain dengan berbagai cara berikut :
1)      Memparafrase yaitu mengungkapkan kembali pertanyaan dengan cara lain yang lebih mudah dan sederhana, sehingga dapat dipahami oleh siswa.
2)      Mengajukan pertanyaan lain yang lebih sedrhana yang dapat menuntun siswa menemukan jawaban.
3)      Mengulangi penjelasan / informasi sebelumnya yang berkaitan dengan pertanyaan yang diajukan.


2. Keterampilan bertanya lanjut
Keterampilan bertanya lanjut merupakan lanjutan keterampilan bertanya dasar yang lerbih mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar partisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatf sendiri. Keterampilan bertanya lanjut dibentuk atas landasan: penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah : Pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi.
Ketika menerapkan keterampilan bertanya lanjut, guru juga menerapkan atau menggunakan keterampilan bertanya dasar. Komponen keterampilan bertanya lanjut terdiri atas :

a.       Pengubahan tuntunan kognitif
 Dalam menjawab pertanyaan -pertanyaan yang diajukan guru mengundang siswa untuk berpikir. Jika guru hanya mengajukan pertanyaan yang bersifat ingatan, seperti halnya menanyakan : apa, siapa, dimana, atau berapa, maka proses mental yang terdiri dari diri siswa rendah karena siswa tidak perlu berpikir tetapi hanya mengingat. Tetapi jika guru mengajukan pertanyaan mengapa, bagaimana pendapatmu, jelaskan terjadinya, dan yang sejenis, siswa akan berpikir keras sehingga menuntut terjadinya proses mental tinggi.

b.      Pengaturan urutan pertanyaan
Agar kemampuan berpikir siswa dapat berkembang secara baik dan wajar, guru hendaknya mengatur urutan pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan pada tingkat tertentu hendaknya dimantapkan kemudian beralih tingkat pertanyaan yang lebih tinggi.

c.       Penggunaan pertanyaan pelacak
Jika guru mengajukan pertanyaan tingkat tinggi dan jawaban yang diberikan oleh siswa dianggap benar tetapi dapat dilengkapi lagi, guru dapat mengajukan pertanyaan pelacak yang dapat membimbing siswa untuk mengembangkan jawaban yang diberikan. Teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan guru, antara lain sebagai berikut :
1)      Meminta klarifikasi
Teknik ini dipakai guru jika jawaban siswa kurang jelas atau diungkapkan dengan kalimat kabur.
2)      Meminta siswa memberi alasan
Teknik dapat digunakan jika guru menginginkan siswa memberikan bukti-bukti dari pendapat atau pandangan yang diberikannya sebagai jawaban atas pertanyaan guru.
3)      Meminta kesepakatan pandangan siswa
Jika guru meminta pandangan siswa tentang satu masalah dan seorang siswa sudah menyatakan pendapatnya, untuk mendapatkan kesepakatan dan kebenaran akan kesepakatan tersebut, guru dapat meminta siswa lain.
4)      Meminta ketetapan jawaban
Teknik dapat digunakan guru jika jawaban yang diberikan oleh siswa kurang tepat atau kurang sempurna. Pertanyaan pelacak yang diberikan guru diharapkan dapat menuntun siswa melengkapi atau memperbaiki jawaban yang diberikan tanpa membuat siswa jadi malu.
5)      Meminta jawaban yang relevan
Jika siswa memberikan jawaban yang kurang relevan dengan pertanyaan guru, guru dapat mengajukan pertanyaan pelacak. Tujuan pertanyaan pelacak dalam kaitan ini adalah menyadarkan siswa akan ketidak relevanan jawaban serta menuntun siswa untuk memberikan jawaban yang lebih relevan.
6)       Meminta contoh
Teknik ini hampir sama dengan teknik meminta siswa memberikan alasan, yaitu jika siswa memberikan jawaban yang samar-samar atau terlalu luas, guru dapat mengajukan pertanyaan pelacak untuk meminta siswa memberikan ilustrasi atau contoh konkrit dari jawaban.
7.      Meminta jawaban yang lebih kompleks
Jika menganggap jawaban siswa masih dapat dikembangkan menjadi jawaban yang lebih kompleks, guru dapat mengjukan pertanyaan pelacak, pertanyaan pelacak bertujuan untuk membimbing siswa untuk berpikir lebih kritis dalam mengembangkan jawabannya.

d.      Peningkatan terjadinya interaksi.
Dalam kaitan dengan keterampilan bertanya melanjut, peningkatan terjadinya interaksi dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1)  Menghindarai atau mengurangi pertanyaan yang hanya dijawab oleh seseorang siswa sebagai gantinya siswa diminta mendiskusikan jawaban pertanyaan tersebut dalam pasangan atau kelompok kecil.
2)  Mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan sehingga guru bukan satu-satunya orang yang bertanya dalam kelas.
3) Jika siswa mengajukan pertanyaan berikan kesempatan pada siswa lain untuk menjawab pertanyaan tersebut, sehingga terjadi interaksi antar siswa. Dengan cara tersebut diatas, partisipasi siswa dalam keles dapat ditingkatkan.

3. Hal-Hal Yang Harus Dihindari
Guru hendak harus menghindari hal-hal berikut:
    1. Mengajukan pertanyaan yang memberikan jawaban serentak.
    2. Mengulang-ngulang pertanyaan sendiri.
    3. Menjawab pertanyaan sendiri.
    4. Mengulang jawaban peserta didik.
    5. Menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya



Metodelogi Penelitian BI dan pengajarannya



A.      Proses dan Perencanaan Penelitian Bahasa Indonesia
1.      Proses dan Perencanaan Penelitian
Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam rancangan perencanaan dimulai dengan mengadakan observasi dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut.
Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variabel, prosedur dan teknik sampling, instrumen, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian.
Berdasarkan pemahaman tersebut di atas, maka tujuan rancangan penelitian adalah untuk memberikan suatu rencana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Konsideran utamanya dalam rancangan perencanaan adalah untuk mengkhususkan mekanisme kontrol yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga jawaban atas pertanyaan akan menjadi jelas dan sahih. Selanjutnya rancangan penelitian dalam makna pelaksanaan, sangat terkait dengan pembuktian hipotesis, menyatakan suatu kejelasan hubungan sebab akibat dan setiap variabel yang terlibat, dan dari penentuan instrumen pengumpulan data akan jelas terukur tingkat validitas internal dan validitas eksternal.
Rancangan penelitian lebih menekankan pada aspek baik atau tidak baik dan sangat tergantung pada derajat akurasi yang diinginkan oleh peneliti, derajat pembuktian hipotesis, dan tingkat perkembangan dan ilmu pengetahuan yang menjadi perhatian. Oleh karena itu tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa rancangan penelitian tidak ada yang tepat sekali, satu sama lain memiliki titik lebih dan titik kurang. Penentuan rancangan penelitian seringkali didasarkan pada pertimbangan praktis dan kompromi peneliti terhadap cakupan area penelitiannya. Oleh karena itu, rancangan penelitian banyak sekali ragamnya. Para ahli belum ada kesepakatan dalam penggolongan rancangan penelitian. Namun demikian, secara umum rancangan penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu: rancangan penelitian tanpa perlakuan (kelompok deskriptif) dan rancangan penelitian dengan perlakuan (kelompok eksperimen).
Umumnya, komponen yang biasa terdapat di dalam rancangan suatu penelitian itu meliputi :
  • Tujuan dari penelitian
  • Jenis dari penelitian yang hendak digunakan
  • Unit atau populasi analisis penelitian
  • Rentang waktu maupun tempat dilakukannya penelitian
  • Teknik pengambilan sampel
  • Teknik pengumpulan data
  • Definisi dari operasional variabel penelitian
  • Pengukuran variabel penelitian
  • Teknik analisis data
  • Instrumen pencarian data
Tujuan dari penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian yaitu hasil akhir dari penelitian itu sendiri. Jadi fungsinya di samping untuk mengatur proses penelitian melainkan juga bisa dijadikan ukuran keberhasilan suatu penelitian. Tujuan ini dinyatakan berupa pertanyaan ataupun hipotesis.

Jenis dari penelitian yang hendak digunakan
            Jenis penelitian yang sering digunakan yaitu penelitian deskriptif, eksperimental, korelasional.
Populasi atau unit analisis
Penelitian Kelompok
Organisasi
  • Benda
Rentang waktu maupun tempat dilakukannya penelitian
  • Data hanya dikumpulkan sekali
  • Data dikumpulkan untuk beberapa periode tertentu. 
Teknik pengambilan sampel
Secara umum, teknik dalam pengambilan sampel dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Sampling Probabilistik
  • Simple Random Sampling
  • Stratified Random Sampling
  • Area Sampling
  • Cluster Sampling
  • Systematic Sampling
2. Sampling Non Probabilistik
  • Accidental Sampling
  • Convienience Sampling
  • Snow-Ball Sampling
  • Purposive Sampling
-Teknik pengumpulan data
Adapun teknik untuk melakukan pengumpulan data, diantaranya adalah :
1. Wawancara
2. Kuisioner
3. Observasi
4. Studi Dokumentasi
Biasanya sebuah penelitian hanya tergantung kepada satu cara pengumpulan data, akan tetapi dapat juga teknik tersebut dikombinasikan.
-       Definisi dari operasional variabel penelitian 
Definisi dari operasional variabel yaitu sebuah upaya untuk meminimalisasi keabstrakan konsep ataupun variabel penelitian, Jadi dari sini dapat dilakukan pengukuran.
- Pengukuran variabel penelitian
Skala untuk pengukuran di setiap variabel penelitian jenisnya harus diketahui secara pasti. Ini sangat penting untuk menentukan rumus ataupun perhitungan statistik.
- Teknik analisis data
Jadi sebelum data tersebut dianalisa, maka data diolah terlebih dahulu. Oleh karena itu dikenal yang namanya proses coding, editing dll. Analisis data meliputi kegiatan validitas dan reliabilitas, korelasi dan sebagainya.
- Instrumen pencarian data
Terdapat beberapa alat atau yang biasa dikenal dengan alat pengambil data di dalam suatu penelitian bisnis/sosial.
2.        Tahapan Penelitian bahasa
Ada tiga tahap dalam penelitian yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan laporan penelitian.

1. Tahap perencanaan
Langkah-langkah penelitian yang termasuk tahap perencanaan adalah:
a.     Penentuan atau pemilihan masalah
b.      Latar belakang masalah
c.       Perumusan atau identifikasi masalah
Sebagaimana halnya dalam metode ilmiah, pada penelitian ilmiah juga harus berangkat dari adanya permasalahan yang ingin pecahkan. Sebelum melaksanakan penelitian ilmiah perlu dilakukan identifikasi masalah. Proses identifikasi masalah penting dilakukan agar rumusan masalah menjadi tajam dan sebagai bentuk data awal bahwa dalam penelitian ilmiah tersebut memang dibutuhkan pemecahan masalah melalui penelitian. Identifikasi masalah dirumuskan bersesuaian sebagaimana latar belakang masalah, berdasarkan fakta dan data yang ada di lapangan. Identifikasi masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat deklaratif, sementara rumusan masalah ditulis dalam bentuk kalimat tanya (berbentuk pertanyaan).
d. Telaah kepustakaan
e. Tujuan dan kegunaan penelitian
f. Perumusan hipotesis serta metode penelitian
Hipotesis perlu dirumuskan dalam sebuah penelitian ilmiah, lebih-lebih penelitian kuantitatif. Dengan menyatakan hipotesis, maka penelitian ilmiah yang dilakukan peneliti akan lebih fokus terhadap masalah yang diangkat. Selain itu dengan rumusan hipotesis, seorang peneliti tidak perlu lagi direpotkan dengan data-data yang seharusnya tidak dibutuhkannya, karena data yang diambilnya melalui instrumen penelitian hanyalah data-data yang berkaitan langsung dengan hipotesis. Data-data ini sajalah yang nantinya akan dianalisis. Hipotesis erat kaitannya dengan anggapan dasar. Anggapan dasar merupakan kesimpulan yang kebenarannya mutlak sehingga ketika seseorang membaca suatu anggapan dasar, tidak lagi meragukan kebenarannya.
g. Penyusunan administrasi penelitian
Pada dasarnya hasil dari tahap perencanaan ini adalah rancangan penelitian yang sistematika penulisannya mencakup langkah diatas, Sehubungan dengan hal tersebut, penulisan rancangan penelitian harus:
a. Mencakup kegiatan yang akan dilakukan
b. Menuruti susunan yang sistematis dan logis
c. Membatasi hal-hal yang tidak diperlukan.
d. Memperkirakan hasil yang akan dicapai.

2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian adalah proses pengumpulan data sesuai dengan desain atau rancangan penelitian yang telah dibuat. Pelaksanaan penelitian harus dilakukan secara cermat dan hati-hati karena kan berhubungan dengan data yang dikumpulkan, keabsahan dan kebenaran data penelitian tentu saja akan menentukan kualitas penelitian yang dilakukan.Seringkali peneliti saat berada di lapangan dalam melaksanakan penelitiannya terkecoh oleh beragam data yang sekilas semuanya tampak penting dan berharga. Peneliti harus fokus pada pemecahan masalah yang telah dirumuskannya dengan mengacu pengambilan data berdasarkan instrumen penelitian yang telah dibuatnya secara ketat. Berdasarkan cara pengambilan data terhadap subjek penelitian, data dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu data langsung dan data tidak langsung. Data langsung adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari sumber data (subjek penelitian), sementara data tidak langsung adalah data yang diperoleh peneliti tanpa berhubungan secara langsung dengan subjek penelitian yaitu melalui penggunaan media tertentu misalnya wawancara menggunakan telepon, dan sebagainya. Dalam tahap pelaksanaan ada empat langkah yang harus dilakukan:
a. Pengumpulan data
b. Pengolahan data
c. Analisis data
Beragam data yang terkumpul saat peneliti melaksanakan penelitian ilmiahnya tidak akan mempunyai kana apapun sebelum dilakukan analisis. Ada beragam alat yang dapat digunakan untuk melakukan analisis data, bergantung pada jenis data itu sendiri. Bila penelitian ilmiah yang dilakukan bersifat kuantitatif, maka jenis data akan bersifat kuantitatif juga. Bila penelitian bersifat kualitatif, maka data yang diperoleh akan bersifat kualitatif dan selanjutnya perlu diolah menjadi data kuantitatif. Untuk itu perlu digunakan statistik dalam pengolahan dan analisis data.
d. Penafsiran hasil analisis
Kegiatan selanjutnya adalah melakukan tugas lapangan dalam rangka
mengumpulkan data, untuk kemudian diproses. Proses ini meliputi : penyuntingan, pengkodean, tabulasi, serta analisis sebagai dasar penarikan kesimpulan. 
3. Tahap penulisan laporan penelitian
Penulisan harus memperhatikan beberapa hal seperti: pembaca, bentuk dan isi, serta cara penyusunan laporan. Seorang peneliti yang telah melakukan penelitian ilmiah wajib menyusun laporan hasil penelitiannya. Penyusunan laporan dan desiminasi hasil penelitian merupakan langkah terakhir dalam pelaksanaan penelitian ilmiah. Format laporan ilmiah seringkali telah dibakukan berdasarkan institusi atau pemberi sponsor di mana penelitia itu melakukannya. Desiminasi dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau menuliskannya dalam jurnal-jurnal penelitian. Ini penting dilakukan agar hasil penelitian diketahui oleh masyarakat luas (masyarakat ilmiah) dan dapat dipergunakan bila diperlukan
3.1. Pembaca laporan
Ada tiga golongan pembaca laporan yaitu:
·         Kalangan Akademis Oleh karena itu bentu dan cara penulisan laporan harus sesuai dengan format yang sudah ditetapkan oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.
·         Sponsor Penelitian, dalam hal ini peneliti harus menerima dan memperhatikan permintaan sponsor masing-masing.
·         Masyarakat Umum, Biasanya hasil penelitian yang dilaporkan berbentuk ikhtisar, ringkasan, artikel, atau brosur yang bersifat populer dan mudah dimengerti.

3.2. Bentuk dan isi laporan 
Bentuk dan isi laporan harus disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman pembaca.
3.3. Cara penulisan laporan
- Kalimat disusun dengan jelas dan sedrehana
-Istilah ditulis dengan tepat untuk menghindari kesalahpahaman.
- Tata bahasa, ejaan, dan sistematika penulisan dilakukan menuruti peraturan yang ditentukan
- Penomoran bab, sub bab, tabel, dan diagram yang ada ditulis dengan konsisten
- catatan kaki digunakan untuk tiap kutipan yang ada.