Mengutip dari sebuah majalah
20 Juli 2010 pukul 19:40
"Aku
baru saja melihat pengamen perempuan dengan tubuh cacat. Dia menyanyi
dan bermain musik dengan wajah tampak riang gembira. Orang cacat itu
menghibur kita.kita yang notabene adalah orang normal tapi tidak mampu
menampakkan wajah sumringah".Bagi kebanyakan orang, pengamen cacat itu bukan suatu yang penting. Bahkan, pada umumnya mereka sekedar dipandang sebagai orang rendahan yang mencari penghidupan lewat recehan kita. Tetapi tidak bagi orang yang mau senantiasa belajar dari kehidupan.
Peristiwa remeh temeh itu merupakan "cermin besar " yang bisa menjadi alat untuk merefleksikan siapa diri kita sebenarnya. Betapa banyak diantara kita yang tertangkap "cermin besar" itu, sesungguhnya adalah orang.orang yang berkelimpahan karunia. Namun, kita tidak pernah mampu untuk mensyukuri dari hati, dengan segenap jiwa raga. Kalaupun muncul ucapan syukur, itu cuma kata.kata dimulut yang di ungkapkan dengan pamrih:biar terlihat relegius,biar mengesankan diri orang baik. Itu sebabnya tak ada wajah cerah ceria, senyuman tulus, pandangan teduh dan sentuhan lembut yang mampu kita ekspresikan. Wajah kita yang tak mampu sumringah itu, tanpa kita sadari, sebetulnya merupakan gambaran dari beragam kata.kata yang tersimpan dari diri kita.
isinya serba keluhan, kurang puas, tidak cukup, kurang banyak, tidak sepertio yang diharapkan, masih kalah dengan orang lain, kurang sempurna, belum terlihat oke, kurang berkelas dll.
Wajah kita yang cantik tampan, dan menarik itu adalah wajah yang tidak bahagia, selalu merasa kekurangan dan kelaparan, ditengah kelimpahan yang kita terima dan nikmati.
Banyak diantara kita yang akhirnya terjebak para praktik kehidupan pragmatis, hanya supaya bisa mengejar keinginan2 dan target2 yang landasannya adalah nafsu dan ego kita.
Do the best, melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan, seoptimal mungkin, itu memang harus! itu pertanda bahwa kita mensyukuri segala kemampuan dan karunia yang kita terima.
Orang jawa mengajarkan pasrah. Pasrah itu bukan menyerah. Pasrah itu aktif, menyerah itu pasif.
Pasrah itu berarti kita berusaha semaksimal mungkin, do our the best, tatapi kita memahami bahwa hasil itu bukan kita yang menentukan, melainkan Tuhan :).
Jadi, kita melakukan apa yang menjadi bagian kita, dan biarkan Tuhan melakukan apa yang menjadi bagian-Nya.
Orag jawa juga mengajarkan sumeleh, yaitu menerima diri dan keadaan apa adanya. hanya dengan begitu kita bisa mmiliki wajah penuh senyuman.
mensyukuri apa yang ada tapi tidak hanya dengan ucapan :)
jangan pernah merasa kita paling tinggi dan jangan pernah merasa kita paling rendah
cobalah bersyukur dimulai dari hal.hal yang terkecil. Ingatlah selalu ada yang biasa kita syukuri setiap harinya..............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar