Rabu, 16 April 2014

Psikolinguistik



A.    Perkembangan Fonologi, Morfologi, Sintaksis, Semantik, Konseptual dan Bahasa Anak
Seiring dengan perkembangan bahasa sebagaimana yang telah diuraikan, berkembang pula penguasaan anak-anak atas sistem bahasa yang dipelajarinya. Sistem bahasa itu terdiri atas subsistem, yaitu: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.

A.1. Perkembangan Fonologi
            Perkembangan fonologi berkenaan dengan adanya pertumbuhan dan produksi system bunyi dalam bahasa bagian terkecil dari system bunyi tersebut dikenal dengan nama fonem yang dihasilkan sejak bayi lahir hingga 1 tahun.
Pada usia 3 hingga 4 bulan bayi mulai memproduksi bunyi-bunyi. Mula-mula ia memproduksi tangisan atau bunyi cooing. Kemudian pada usia antara 5 dan 6 bulan bayi mulai mengoceh. Pada perkembangan fonologi ada yang disebut periode bablling(mengoceh) ia membuat bunyi-bunyi yang makin bertambah variasinya dan makin kompleks kombinasinya. Anak-anak mengkombinasikan vokal dengan konsonan menjadi suatu sequence silaba, umpamanya ba, ba, ba, ma, ma, ma,. Kemudian ada yang disebut uniformitas pada anak-anak dengan berbagai bahasa, dalam hal bunyi- bunyi pertama yang mereka produksi, yaitu konsonan p atau m, vokal belakang a mendahului konsonan belakang k dan g serta vokal depan I dan u. Dalam perkembangan fonologi, seorang anak harus mempelajari aturan-aturan fonologi. Disamping itu, mereka juga harus belajar menghubungkan bunyi dengan acuannya. Menghubungkan bunyi dengan acuannya merupakan suatu proses yang kompleks, bukan sekedar nama dari benda-benda.Untuk mengetahui hubungan antara ocehan dengan perolehan sistem bunyi orang dewasa, ada dua pendekatan yang digunakan, yaitu
1.      Pendekatan berkesinambungan, yaitu pendekatan yang mengatakan bahwa bunyi- bunyi ocehan merupakan pelopor langsung dari tuturan. Pendekatan ini sering disebut selective reinforcement hypothesis.
2.      Pendekatan tak berkesinambungan, pendekatan ini menganggap bahwa ocehan tidak ada hubungannya langsung dengan perkembangan bicara selanjutnya. Kedua pendekatan di atas mendapat kritik karena tidak dapat menerangkan fakta-fakta secara tuntas. P.S. Dale, 1976 beranggapan bahwa proses fonologi merupakan keluaran dari innatephonological acquisition device yang merefleksikan preferensi produksi si anak. Setelah anak-anak melewati periode mengoceh, mereka mulai menguasai segmen-segmen fonetik. Cara anak-anak mengasai segmen fonetik adalahdengan menggunakan teori hypothesis-testing atau discovery procedures. Menurut teori ini, anak-anak menguji coba berbagai hypothesis tentang bagaimana memproduksi bunyi yang betul.

  1. 2. Perkembangan Morfologi
Perkembangan morfologi berkenaan dengan pertumbuhan dan produksi arti bahasa. Bagian terkecil dari bahasa tersebut dikenal dengan istilah morfem sebagai contoh anak yang masih kecil mengucapkan kalimat “mam” yang artinya “makan”.
            Periode perkembangan ditandai dengan peningkatan panjang ucapan rata-rata yang diukur dalam morfem. Panjang rata-rata ucapan, mean length of utterance (MLU) adalah alat prediksi kompleksitas bahasa pada anak yang berbahasa Inggris. MLU sangat erat berhubungan dengan usia dan merupakan prediktor yang baik untuk perkembangan bahasa. Dari usia 18 bulan sampai 5 tahun MLU meningkat kira-kira 1,2 morfem per tahun. Penguasaan morfem mulai terjadi saat anak mulai merangkai kata sekitar usia 2 tahun. Beberapa sumber yang membahas tentang morfem dalam kaitannya dengan morfologi semuanya merupakan Bahasa Inggris yang sangat berbeda dengan Bahasa Indonesia.
            Pada tahap-tahap permulaan pemerolehan bahasa, biasanya anak-anak memproduksi perkataan orang dewasa yang disederhanakan dengan cara sebagai berikut:
(1)   Menghilangkan konsonan akhir: blumen→ bu boot → bu
(2)   Mengurangi klompok konsonan menjadi segmen tunggal:Batre → bate bring → binmilk → mik kunci → ci
(3)   Menghilangkan silabe yang tidak diberi tekanan (weak syllable delection):tomato → madokunci → ti pita → ta pyama → damasemut → emutkecepit → pitsandal → dalnangis → angistengok → engok capung → pungterbang→ bangsekolah→ koah buka → kanasi → aci banyak → anyak
(4)    Duplikasi silaba yang sederhana (reduplikasi)kitchen → kiki pergi → gigiaki (kakek) → kikinakal → kakalMenurut beberapa hipotesis, penyederhanaan ini disebabkan oleh:
·         Memory span yang terbatas
·         Kemampuan refresentasi yang terbatas, dan
·         Kepandaian artikulasi yang terbatas.
Penyederhanaan tersebut di atas hilang bilamana si anak telah menguasai lebih banyak segmen-segmen dan urutan segmen-segmen. Anak-anak juga mempraktekkan segmen-segmen yang baru diperoleh dan anak mengoreksi dirinya sendiri apabila dalam pengucapan kata kurang tepat.

  1. 3. Perkembangan Sintaksis
Perkembangan sintaksis merupakan produksi kata-kata yang bermakna dan sesuai dengan aturan yang menghasilkan suatu pemikiran dan kalimat yang utuh
Susunan sintaksis paling awal terlihat pada usia kira-kira 18 bulan walaupun pada beberapa anak terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun. Awalnya berupa kalimat dua kata. Rangkaian dua kata, berbeda dengan masa “kalimat satu kata” sebelumnya yang disebut masa holofrastis. Kalimat satu kata bisa ditafsirkn dengan mempertimbangkan konteks penggunaannya. Hanya mempertimbangkan arti kata semata-mata tidaklah mungkin kita menangkap makna dari kalimat satu kata tersebut. Peralihan dari kalimat satu kata menjadi kalimat yang merupakan rangkaian kata terjadi secara bertahap. Pada waktu kalimat pertama terbentuk yaitu penggabugan dua kata menjadi kalimat, rangkaian kata tersebut berada pada jalinan intonasi. Jika kalimat dua kata memberi makna lebih dari satu maka anak membedakannya dengan menggunakan pola intonasi yang berbeda. Perkembangan pemerolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalani usia 2 tahun dan mencapai puncaknya pada akhir usia 2 tahun.

  1. 4. Perkembangan Semantik
Karena faktor lingkungan sangat berperan dalam perkembangan semantik, maka pada umur 6-9 bulan anak telah mengenal orang atau benda yang berada di sekitarnya. Leksikal dan pemerolehan konsep berkembang pesat pada masa prasekolah. Terdapat indikasi bahwa anak dengan kosa kata lebih banyak akan lebih popular di kalangan teman-temannya. Diperkirakan terjadi penambahan lima kata perhari di usia 1,5 sampai 6 tahun. Pemahaman kata bertambah tanpa pengajaran langsung orang dewasa. Terjadi strategi pemetaan yang cepat diusia ini sehingga anak dapat menghubungkan suatu kata dengan rujukannya.
Pemetaan yang cepat adalah langkah awal dalam proses pemerolehan leksikal. Selanjutnya secara bertahap anak akan mengartikan lagi informasi-informasi baru yang diterima. Definisi kata benda anak usia pra sekolah meliputi properti fisik seperti bentuk, ukuran dan warna, properti fungsi, properti pemakaian, dan lokasi. Definisi kata kerja anak prasekolah juga berbeda dari kata kerja orang dewasa atau anak yang lebih besar.
Anak prasekolah dapat menjelaskan siapa, apa, kapan, di mana, untuk apa, untuk siapa, dengan apa, tapi biasanya mereka belum memahami pertanyaan bagaimana dan mengapa atau menjelaskan proses. Anak akan mengembangkan kosa katanya melalui cerita yang dibacakan orang tuanya. Begitu kosa kata berkembang, kebutuhan untuk mengorganisasikan kosa kata akan lebih meningkat dan beberapa jaringan semantik atau antar relasi akan terbentuk.

A.5. Perkembangan Konseptual
            Perkembangan konseptual secara garis besar hal-hal yang perlu dan harus dipelajari seorang anak sebelum ia dapatmengucapkan kalimat adalah:
  1. Kata benda (nama benda) dan konsistensi objek.
  2. Kejadian-kejadian (events)
  3. Skema aksi (action schemes)
  4. Casualitas setelah seorang anak mengertike empat hal tersebut berarti ia siap untuk mengaktivkan atau mengekspresikan skema, aksi yang ada dalam alam pikirannya disampaikan melalui kalimat-kalimat:
a.       Konseptualisai
b.      Psikologi kognitif

  1. 6. Perkembangan Bahasa Anak
Periode Lingual Dini (1 - 2,5 tahun)     
Pada periode ini anak mulai mengucapkan perkataannya yang pertama meskipun belum lengkap. Misalnya: atit (sakit), agi (lagi), itut (ikut), atoh (jatuh). Pada masa ini beberapa kombinasi huruf masih terlalu sukar diucapkan, juga beberapa huruf masih sukar diucapkan  seperti r, s, k, j, dan t. Pertambahan kemahiran berbahasa pada periode ini sangat cepat dan dapat dibagi dalam dua periode, yaitu:
  1. Periode kalimat satu kata (holophare)
Menurut aturan tatabahasa, kalimat satu kata bukanlah suatu kalimat karena hanya terdiri dari satu kata saja, tetapi para peniliti perkembangan bahasa anak beranggapan bahwa kata-kata pertama yang diucapkan anak itu mempunyai lebih daripada hanya sekedar suatu “kata” karena kata itu merupakan ekspresi dari ide-ide yang kompleks, yang ada pada orang dewasa akan dinyatakan dalam kalimat lengkap (Dale, 1977). Di samping itu, kata adalah suatu kesatuan yang konkrit (Stern, 1907).
Contohnya:     Ucapan “ibu” dapat berarti;
                        Ibu kesini! Ibu kemari! Ibu tolong saya!
Itu baju ibu, Ibu saya lapat,dst.
Pada umumnya, kata pertama ini dipergunakan untuk memberi komentar terhadap objek atau kejadian di dalam lingkungannya. Dapat berupa perintah, pemberitahuan, penolakan, pertanyaan dan lain-lain. Bagaimana menginterpretasikan kata pertama ini bergantung pada konteks “waktu” kata tersebut diucapkan, sehingga untuk dapat mengerti apa maksud si anak dengan kata tersebut kita harus melihat atau mengobservasi apa yang sedang dikerjakan anak pada waktu itu. Intonasi juga sangat membantu untuk mempermudah interpretasi apakah si anak bertanya, memberitahu, atau memerintah. Ada beberapa hipotesis sehubungan dengan anggapan bahwa kata pertama itu merupakan suatu kalimat, diantaranya ialah:
·         Mc. Neil dkk. (1970): Anak mempunyai kalimat-kalimat dalam pikirannya, tetapi keterbatasan ingatan (memory) dan perhatian (attention) hanya dapat mengeluarkan satu kata saja.
·         Ingram (1971): Anak relatif mempunyai cukup banyak ide-ide yang dapat dirangkaikan menjadi suatu kalimat tetapi tidak dapat menuangkannya dalam bentuk suatu kalimat karena belum mempunyai kemampuan linguistik yang memadai.
Masih banyak hipotesis-hipotesis yang lain, tetapi hipotesis-hipotesis ini semua masih belum dapat diuji dengan hasil yang memuaskan sehingga masalah ini masih merupakan tanda tanya. Hal ini disebabkan karena masalahnya memang sulit, yaitu kita berusaha membaca pikiran anak-anak, sehingga si anak hanya memberi petunjuk yang sangat minim. Mungkin penelitian-penelitian yang akan datang dapat memberikan jawaban yang lebih memuaskan tentang bagaimana hubungan antara ide-ide seorang anak dan bahasanya, serta bagaimana proses perubahan kalimat atau kata menjadi kalimat panjang.
  1. Periode kalimat dua kata
Dengan bertambahnya perbendaharaan kata yang diperoleh dari lingkungan dan juga karena perkembangan kognitif serta fungsi-fungsi lain pada anak, maka terbentuklah pada periode ini kalimat yang terdiri dari dua kata.
Pada umumnya, kalimat dua kata muncul pertama kali tatkala seorang anak mulai mengerti suatu “tema” dan mencoba untuk mengekspresikannya (ingat tema aksi, dan lain-lain). Hal ini terjadi pada sekitar usia 18 bulan, dimana anak menentukan bahwa kombinasi dari dua kata tersebut mempunyai hubungan tertentu yang mempunyai makna berbeda-beda.
Dalam menggabungkan kata, anak mengikuti urutan kata yang terdapat pada bahasa orang dewasa. Ucapan dalam bentuk kalimat dua kata ini sudah jauh lebih produktif daripada ucapan kalimat satu kata. Ini tentunya sesuai dengan perkembangan kemampuan si anak secara keseluruhan.
  1. Kalimat lebih dari dua kata
Setelah penguasaan kalimat dua kata mencapai tahap tertentu, maka berkembanglah penyusunan kalimat yang terdiri dari tiga buah kata. Menurut Brown (1973) konstruksi kaliamat tiga kata ini sebenarnya merupakan hasil dari penggabungan atau perluasan dari konstruksi dua kata sebelumnya yang digabungkan.
Menjelang usia 2 tahun anak rata-rata sudah dapat menyusun kalimat empat kata yakni dengan cara perluasan, meskopun kaliamt dua kata masih mendominasi korpus bicaranya.
Jika pada periode kalimat dua kata bidang morfologi belum terlihat perkembangan yang nyata, maka pada periode kalimat lebih dari dua kata sudah terlihat kemampuan anak di bidang morfologi. Jadi, pada tahap ini kemampuan dan keterampilan anak bertambah dalam membentuk kalimat.
  1. Tuturan Anak
Didalam hal ini anak perlu/membutuhkan suatu bimbingan dari orang yang telah dewasa untuk membimbing anak dalam menggunakan kalimat/kosa kata yang paling tepat didalam menyampaikan suatu kata, berbicara bukanlah sekedar pengucapan kata/bunyi, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyampaikan dan menyatakan kata atau mengkomunikasi pikiran, ide-ide maupun suatu perasaan yang sedang dialami anak, contohnya sedih dan senang. Ada dua tipe perkembangan anak didalam berbicara, yaitu :
1.    Egosentrie Speech
Terjadi pada anak berusia 2-3 tahun, dimana anak berbicara pada dirinya   sendiri (monolog- mengoceh sendiri) pada saat main boneka.
  1. Socialized Speech
Terjadi ketika anak sedang berinteraksi pada temannya dan didalam lingkungan. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan beradaptasi sosial anak.
Hurlock mengemukakan 3 kriteria untuk mengukur kemampuan berbicara anak, apakah anak berbicara secara benar/sekedar membeo sebagai berikut :
 1.   Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkan dengan         objek yang diwakili.
 2.   Anak mampu melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan mudah.
 3.   Anak dapat memahami kata-kata tersebut, bukan karena telah sering mendengar/menduga-menduga.
            Beberapa ahli sepakat bahwa anak memiliki kemampuan untuk menirukan bahasa orang tua yang dilakukan dengan 2 cara yaitu secara spontan dan melalui penugasan dari orang dewasa untuk menirukan secara spontan bahasa orang dewasa dan menggunakan tata bahasa anak sendiri secara bebas.
Menurut Vygostky menjelaskan ada 3 tahap perkembangan bicara pada anak yang berhubungan erat dengan perkembangan berpikir anak yaitu :
1. Tahap eksternal yaitu terjadi ketika anak berbicara secara eksternal dimana sumber berpikir berasal dari luar diri anak yang memberikan pengarahan, informasi dan melakukan suatu tanggung jawab dengan anak.
2. Tahap egosentris yaitu dimana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan dari pola bicara orang dewasa.
3. Tahap Internal yaitu dimana dalam proses berpikir anak telah memiliki suatu penghayatan kemampuan berbicara sepenuhnya.
Karakteristik ini meliputi kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik, contohnya melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami, menyebutkan nama jenis kelamin dan umurnya, menggunakan kata sambung seperti : dan, karena, tetapi.

  1. Mekanisme Pemerolehan Bahasa Pada Anak
Terdapat beberapa teori yang membahas mengenai perolehan bahasa pada bayi dan balita yang bersumber pada perkembangan psikologi yang bersifat natur dan nurture. Natur adalah aliran yang meyakini bahwa kemampuan manusia adalah bawaan sejak lahir. Oleh karena itu manusia telah dilengkapi secara biologis oleh alam (natur) untuk memproduksi bahasa melalui alat-alat bicara (lidah, bibir, gigi, rongga tenggorokan, dibantu oleh alat pendengaran) maupun untuk memahami arti dari bahasa tersebut (melalui skema pada kognisi). Sedangkan Nurtur dalam perolehan bahasa berargumen bahwa bayi dan balita memperoleh bahasa karena terbiasa pada bahasa ibu. Hal ini terbukti pada pembentukan kemampuan fonem yang tergantung pada bahasa ibu. Dalam proses pemerolehan bahasa ada beberapa mekanisme yang harus dilalui. Adapun mekanisme-mekanisme dalam perolehan bahasa adalah sebagai berikut.
•    Imitasi
     Imitasi dalam perolehan bahasa terjadi ketika anak menirukan pola bahasa maupun kosa kata dari orang-orang yang signifikan bagi mereka, biasanya orang tua atau pengasuh. Imitasi yang dilakukan oleh anak, tidak hanya menirukan secara persis (mimikri) hal yang dilakukan orang lain, tapi anak memilih hal-hal yang dianggap oleh anak menarik untuk ditirukan.

•    Pengkondisian
Mekanisme perolehan bahasa melalui pengkondisian diajukan oleh B.F Skinner. Mekanisme pengkondisian atau pembiasaan terhadap ucapan yang didengar anak dan diasosiasikan dengan objek atau peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu kosa kata awal yang dimiliki oleh anak adalah kata benda.

•    Kognisi sosial
Anak memperoleh pemahaman terhadap kata (semantik) karena secara kognisi ia memahami tujuan seseorang memproduksi suatu fonem melalui mekanisme atensi bersama. Adapun produksi bahasa diperolehnya melalui mekanisme imitasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar