A.
Perkembangan
Fonologi, Morfologi, Sintaksis, Semantik, Konseptual dan Bahasa Anak
Seiring dengan perkembangan bahasa
sebagaimana yang telah diuraikan, berkembang pula penguasaan anak-anak atas
sistem bahasa yang dipelajarinya. Sistem bahasa itu terdiri atas subsistem,
yaitu: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.
A.1.
Perkembangan Fonologi
Perkembangan
fonologi berkenaan dengan adanya pertumbuhan dan produksi system bunyi dalam
bahasa bagian terkecil dari system bunyi tersebut dikenal dengan nama fonem
yang dihasilkan sejak bayi lahir hingga 1 tahun.
Pada usia 3 hingga 4 bulan bayi
mulai memproduksi bunyi-bunyi. Mula-mula ia memproduksi tangisan atau bunyi
cooing. Kemudian pada usia antara 5 dan 6 bulan bayi mulai mengoceh. Pada
perkembangan fonologi ada yang disebut periode bablling(mengoceh) ia membuat
bunyi-bunyi yang makin bertambah variasinya dan makin kompleks kombinasinya.
Anak-anak mengkombinasikan vokal dengan konsonan menjadi suatu sequence silaba,
umpamanya ba, ba, ba, ma, ma, ma,. Kemudian ada yang disebut uniformitas pada
anak-anak dengan berbagai bahasa, dalam hal bunyi- bunyi pertama yang
mereka produksi, yaitu konsonan p atau m, vokal belakang a mendahului konsonan
belakang k dan g serta vokal depan I dan u. Dalam perkembangan fonologi,
seorang anak harus mempelajari aturan-aturan fonologi. Disamping itu, mereka
juga harus belajar menghubungkan bunyi dengan acuannya. Menghubungkan bunyi
dengan acuannya merupakan suatu proses yang kompleks, bukan sekedar nama
dari benda-benda.Untuk mengetahui hubungan antara ocehan dengan perolehan
sistem bunyi orang dewasa, ada dua pendekatan yang digunakan, yaitu
1. Pendekatan
berkesinambungan, yaitu pendekatan yang mengatakan bahwa bunyi- bunyi ocehan
merupakan pelopor langsung dari tuturan. Pendekatan ini sering disebut
selective reinforcement hypothesis.
2. Pendekatan
tak berkesinambungan, pendekatan ini menganggap bahwa ocehan tidak ada
hubungannya langsung dengan perkembangan bicara selanjutnya. Kedua pendekatan
di atas mendapat kritik karena tidak dapat menerangkan fakta-fakta secara
tuntas. P.S. Dale, 1976 beranggapan bahwa proses fonologi merupakan keluaran
dari innatephonological acquisition device yang merefleksikan
preferensi produksi si anak. Setelah anak-anak melewati periode mengoceh,
mereka mulai menguasai segmen-segmen fonetik. Cara anak-anak mengasai segmen
fonetik adalahdengan menggunakan teori hypothesis-testing atau discovery
procedures. Menurut teori ini, anak-anak menguji coba berbagai hypothesis
tentang bagaimana memproduksi bunyi yang betul.
- 2. Perkembangan Morfologi
Perkembangan morfologi
berkenaan dengan pertumbuhan dan produksi arti bahasa. Bagian terkecil dari
bahasa tersebut dikenal dengan istilah morfem sebagai contoh anak yang masih
kecil mengucapkan kalimat “mam” yang artinya “makan”.
Periode perkembangan ditandai dengan
peningkatan panjang ucapan rata-rata yang diukur dalam morfem. Panjang
rata-rata ucapan, mean length of utterance (MLU) adalah alat prediksi
kompleksitas bahasa pada anak yang berbahasa Inggris. MLU sangat erat
berhubungan dengan usia dan merupakan prediktor yang baik untuk perkembangan
bahasa. Dari usia 18 bulan sampai 5 tahun MLU meningkat kira-kira 1,2 morfem
per tahun. Penguasaan morfem mulai terjadi saat anak mulai merangkai kata
sekitar usia 2 tahun. Beberapa sumber yang membahas tentang morfem dalam
kaitannya dengan morfologi semuanya merupakan Bahasa Inggris yang sangat
berbeda dengan Bahasa Indonesia.
Pada tahap-tahap permulaan
pemerolehan bahasa, biasanya anak-anak memproduksi perkataan orang dewasa
yang disederhanakan dengan cara sebagai berikut:
(1)
Menghilangkan konsonan akhir: blumen→
bu boot → bu
(2)
Mengurangi klompok konsonan menjadi segmen
tunggal:Batre → bate bring → binmilk → mik kunci → ci
(3)
Menghilangkan silabe yang tidak diberi tekanan (weak
syllable delection):tomato → madokunci → ti pita → ta pyama →
damasemut → emutkecepit → pitsandal → dalnangis → angistengok →
engok capung → pungterbang→ bangsekolah→ koah buka → kanasi →
aci banyak → anyak
(4)
Duplikasi silaba yang sederhana
(reduplikasi)kitchen → kiki pergi → gigiaki (kakek) → kikinakal → kakalMenurut
beberapa hipotesis, penyederhanaan ini disebabkan oleh:
·
Memory span yang terbatas
·
Kemampuan refresentasi yang terbatas, dan
·
Kepandaian artikulasi yang terbatas.
Penyederhanaan tersebut di atas
hilang bilamana si anak telah menguasai lebih banyak segmen-segmen dan
urutan segmen-segmen. Anak-anak juga mempraktekkan segmen-segmen yang baru
diperoleh dan anak mengoreksi dirinya sendiri apabila dalam pengucapan kata
kurang tepat.
- 3. Perkembangan Sintaksis
Perkembangan sintaksis
merupakan produksi kata-kata yang bermakna dan sesuai dengan aturan yang
menghasilkan suatu pemikiran dan kalimat yang utuh
Susunan sintaksis paling awal
terlihat pada usia kira-kira 18 bulan walaupun pada beberapa anak terlihat pada
usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun. Awalnya berupa kalimat dua kata.
Rangkaian dua kata, berbeda dengan masa “kalimat satu kata” sebelumnya yang
disebut masa holofrastis. Kalimat satu kata bisa ditafsirkn dengan
mempertimbangkan konteks penggunaannya. Hanya mempertimbangkan arti kata
semata-mata tidaklah mungkin kita menangkap makna dari kalimat satu kata
tersebut. Peralihan dari kalimat satu kata menjadi kalimat yang merupakan
rangkaian kata terjadi secara bertahap. Pada waktu kalimat pertama terbentuk
yaitu penggabugan dua kata menjadi kalimat, rangkaian kata tersebut berada pada
jalinan intonasi. Jika kalimat dua kata memberi makna lebih dari satu maka anak
membedakannya dengan menggunakan pola intonasi yang berbeda. Perkembangan
pemerolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalani usia 2 tahun
dan mencapai puncaknya pada akhir usia 2 tahun.
- 4. Perkembangan Semantik
Karena faktor lingkungan sangat
berperan dalam perkembangan semantik, maka pada umur 6-9 bulan anak telah
mengenal orang atau benda yang berada di sekitarnya. Leksikal dan pemerolehan
konsep berkembang pesat pada masa prasekolah. Terdapat indikasi bahwa anak
dengan kosa kata lebih banyak akan lebih popular di kalangan teman-temannya.
Diperkirakan terjadi penambahan lima kata perhari di usia 1,5 sampai 6 tahun.
Pemahaman kata bertambah tanpa pengajaran langsung orang dewasa. Terjadi
strategi pemetaan yang cepat diusia ini sehingga anak dapat menghubungkan suatu
kata dengan rujukannya.
Pemetaan yang cepat adalah langkah
awal dalam proses pemerolehan leksikal. Selanjutnya secara bertahap anak akan
mengartikan lagi informasi-informasi baru yang diterima. Definisi kata benda
anak usia pra sekolah meliputi properti fisik seperti bentuk, ukuran dan warna,
properti fungsi, properti pemakaian, dan lokasi. Definisi kata kerja anak prasekolah
juga berbeda dari kata kerja orang dewasa atau anak yang lebih besar.
Anak prasekolah dapat menjelaskan
siapa, apa, kapan, di mana, untuk apa, untuk siapa, dengan apa, tapi biasanya
mereka belum memahami pertanyaan bagaimana dan mengapa atau menjelaskan proses.
Anak akan mengembangkan kosa katanya melalui cerita yang dibacakan orang
tuanya. Begitu kosa kata berkembang, kebutuhan untuk mengorganisasikan kosa
kata akan lebih meningkat dan beberapa jaringan semantik atau antar relasi akan
terbentuk.
A.5.
Perkembangan Konseptual
Perkembangan konseptual secara garis
besar hal-hal yang perlu dan harus dipelajari seorang anak sebelum ia
dapatmengucapkan kalimat adalah:
- Kata benda (nama benda) dan konsistensi objek.
- Kejadian-kejadian (events)
- Skema aksi (action schemes)
- Casualitas setelah seorang anak mengertike empat hal tersebut berarti ia siap untuk mengaktivkan atau mengekspresikan skema, aksi yang ada dalam alam pikirannya disampaikan melalui kalimat-kalimat:
a.
Konseptualisai
b.
Psikologi kognitif
- 6. Perkembangan Bahasa Anak
Periode Lingual Dini (1 - 2,5
tahun)
Pada periode ini anak mulai
mengucapkan perkataannya yang pertama meskipun belum lengkap. Misalnya: atit
(sakit), agi (lagi), itut (ikut), atoh (jatuh). Pada masa ini beberapa
kombinasi huruf masih terlalu sukar diucapkan, juga beberapa huruf masih sukar
diucapkan seperti r, s, k, j, dan t. Pertambahan kemahiran berbahasa pada
periode ini sangat cepat dan dapat dibagi dalam dua periode, yaitu:
- Periode kalimat satu kata (holophare)
Menurut aturan tatabahasa, kalimat
satu kata bukanlah suatu kalimat karena hanya terdiri dari satu kata saja,
tetapi para peniliti perkembangan bahasa anak beranggapan bahwa kata-kata
pertama yang diucapkan anak itu mempunyai lebih daripada hanya sekedar suatu
“kata” karena kata itu merupakan ekspresi dari ide-ide yang kompleks, yang ada
pada orang dewasa akan dinyatakan dalam kalimat lengkap (Dale, 1977). Di
samping itu, kata adalah suatu kesatuan yang konkrit (Stern, 1907).
Contohnya: Ucapan “ibu” dapat
berarti;
Ibu kesini! Ibu
kemari! Ibu tolong saya!
Itu baju ibu, Ibu saya lapat,dst.
Pada umumnya, kata pertama ini dipergunakan untuk
memberi komentar terhadap objek atau kejadian di dalam lingkungannya. Dapat
berupa perintah, pemberitahuan, penolakan, pertanyaan dan lain-lain. Bagaimana
menginterpretasikan kata pertama ini bergantung pada konteks “waktu” kata
tersebut diucapkan, sehingga untuk dapat mengerti apa maksud si anak dengan
kata tersebut kita harus melihat atau mengobservasi apa yang sedang dikerjakan
anak pada waktu itu. Intonasi juga sangat membantu untuk mempermudah
interpretasi apakah si anak bertanya, memberitahu, atau memerintah. Ada
beberapa hipotesis sehubungan dengan anggapan bahwa kata pertama itu merupakan
suatu kalimat, diantaranya ialah:
·
Mc. Neil
dkk. (1970): Anak mempunyai kalimat-kalimat dalam pikirannya, tetapi
keterbatasan ingatan (memory) dan perhatian (attention) hanya dapat
mengeluarkan satu kata saja.
·
Ingram
(1971): Anak relatif mempunyai cukup banyak ide-ide yang dapat dirangkaikan
menjadi suatu kalimat tetapi tidak dapat menuangkannya dalam bentuk suatu
kalimat karena belum mempunyai kemampuan linguistik yang memadai.
Masih banyak hipotesis-hipotesis yang lain, tetapi
hipotesis-hipotesis ini semua masih belum dapat diuji dengan hasil yang
memuaskan sehingga masalah ini masih merupakan tanda tanya. Hal ini disebabkan
karena masalahnya memang sulit, yaitu kita berusaha membaca pikiran anak-anak,
sehingga si anak hanya memberi petunjuk yang sangat minim. Mungkin penelitian-penelitian
yang akan datang dapat memberikan jawaban yang lebih memuaskan tentang
bagaimana hubungan antara ide-ide seorang anak dan bahasanya, serta bagaimana
proses perubahan kalimat atau kata menjadi kalimat panjang.
- Periode kalimat dua kata
Dengan bertambahnya perbendaharaan
kata yang diperoleh dari lingkungan dan juga karena perkembangan kognitif serta
fungsi-fungsi lain pada anak, maka terbentuklah pada periode ini kalimat yang
terdiri dari dua kata.
Pada umumnya, kalimat dua kata muncul pertama kali
tatkala seorang anak mulai mengerti suatu “tema” dan mencoba untuk
mengekspresikannya (ingat tema aksi, dan lain-lain). Hal ini terjadi pada
sekitar usia 18 bulan, dimana anak menentukan bahwa kombinasi dari dua kata
tersebut mempunyai hubungan tertentu yang mempunyai makna berbeda-beda.
Dalam menggabungkan kata, anak mengikuti urutan kata
yang terdapat pada bahasa orang dewasa. Ucapan dalam bentuk kalimat dua kata
ini sudah jauh lebih produktif daripada ucapan kalimat satu kata. Ini tentunya
sesuai dengan perkembangan kemampuan si anak secara keseluruhan.
- Kalimat lebih dari dua kata
Setelah penguasaan kalimat dua kata
mencapai tahap tertentu, maka berkembanglah penyusunan kalimat yang terdiri
dari tiga buah kata. Menurut Brown (1973) konstruksi kaliamat tiga kata ini
sebenarnya merupakan hasil dari penggabungan atau perluasan dari konstruksi dua
kata sebelumnya yang digabungkan.
Menjelang usia 2 tahun anak rata-rata sudah dapat
menyusun kalimat empat kata yakni dengan cara perluasan, meskopun kaliamt dua
kata masih mendominasi korpus bicaranya.
Jika pada periode kalimat dua kata bidang morfologi
belum terlihat perkembangan yang nyata, maka pada periode kalimat lebih dari
dua kata sudah terlihat kemampuan anak di bidang morfologi. Jadi, pada tahap ini
kemampuan dan keterampilan anak bertambah dalam membentuk kalimat.
- Tuturan Anak
Didalam
hal ini anak perlu/membutuhkan suatu bimbingan dari orang yang telah dewasa
untuk membimbing anak dalam menggunakan kalimat/kosa kata yang paling tepat
didalam menyampaikan suatu kata, berbicara bukanlah sekedar pengucapan
kata/bunyi, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyampaikan dan
menyatakan kata atau mengkomunikasi pikiran, ide-ide maupun suatu perasaan yang
sedang dialami anak, contohnya sedih dan senang. Ada dua tipe perkembangan anak
didalam berbicara, yaitu :
1.
Egosentrie Speech
Terjadi
pada anak berusia 2-3 tahun, dimana anak berbicara pada dirinya
sendiri (monolog- mengoceh sendiri) pada saat main boneka.
- Socialized Speech
Terjadi
ketika anak sedang berinteraksi pada temannya dan didalam lingkungan. Hal ini
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan beradaptasi sosial anak.
Hurlock
mengemukakan 3 kriteria untuk mengukur kemampuan berbicara anak, apakah anak
berbicara secara benar/sekedar membeo sebagai berikut :
1. Anak
mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkan dengan
objek yang diwakili.
2. Anak mampu melafalkan kata-kata
yang dapat dipahami orang lain dengan mudah.
3. Anak dapat memahami kata-kata tersebut, bukan karena telah sering mendengar/menduga-menduga.
Beberapa ahli sepakat bahwa anak memiliki kemampuan untuk menirukan bahasa orang tua yang dilakukan dengan 2 cara yaitu secara spontan dan melalui penugasan dari orang dewasa untuk menirukan secara spontan bahasa orang dewasa dan menggunakan tata bahasa anak sendiri secara bebas.
3. Anak dapat memahami kata-kata tersebut, bukan karena telah sering mendengar/menduga-menduga.
Beberapa ahli sepakat bahwa anak memiliki kemampuan untuk menirukan bahasa orang tua yang dilakukan dengan 2 cara yaitu secara spontan dan melalui penugasan dari orang dewasa untuk menirukan secara spontan bahasa orang dewasa dan menggunakan tata bahasa anak sendiri secara bebas.
Menurut Vygostky menjelaskan ada 3
tahap perkembangan bicara pada anak yang berhubungan erat dengan perkembangan
berpikir anak yaitu :
1. Tahap eksternal yaitu terjadi ketika anak
berbicara secara eksternal dimana sumber berpikir berasal dari luar diri anak
yang memberikan pengarahan, informasi dan melakukan suatu tanggung jawab dengan
anak.
2. Tahap egosentris yaitu dimana anak berbicara sesuai
dengan jalan pikirannya dan dari pola bicara orang dewasa.
3. Tahap Internal yaitu dimana dalam proses berpikir
anak telah memiliki suatu penghayatan kemampuan berbicara sepenuhnya.
Karakteristik ini meliputi kemampuan
anak untuk dapat berbicara dengan baik, contohnya melaksanakan tiga perintah
lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan dan menceritakan kembali
cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami, menyebutkan nama jenis
kelamin dan umurnya, menggunakan kata sambung seperti : dan, karena, tetapi.
- Mekanisme Pemerolehan Bahasa Pada Anak
Terdapat beberapa teori yang
membahas mengenai perolehan bahasa pada bayi dan balita yang bersumber pada
perkembangan psikologi yang bersifat natur dan nurture. Natur adalah aliran
yang meyakini bahwa kemampuan manusia adalah bawaan sejak lahir. Oleh karena
itu manusia telah dilengkapi secara biologis oleh alam (natur) untuk
memproduksi bahasa melalui alat-alat bicara (lidah, bibir, gigi, rongga
tenggorokan, dibantu oleh alat pendengaran) maupun untuk memahami arti dari bahasa
tersebut (melalui skema pada kognisi). Sedangkan Nurtur dalam perolehan bahasa
berargumen bahwa bayi dan balita memperoleh bahasa karena terbiasa pada bahasa
ibu. Hal ini terbukti pada pembentukan kemampuan fonem yang tergantung pada
bahasa ibu. Dalam proses pemerolehan bahasa ada beberapa mekanisme yang harus
dilalui. Adapun mekanisme-mekanisme dalam perolehan bahasa adalah sebagai
berikut.
• Imitasi
Imitasi
dalam perolehan bahasa terjadi ketika anak menirukan pola bahasa maupun kosa
kata dari orang-orang yang signifikan bagi mereka, biasanya orang tua atau
pengasuh. Imitasi yang dilakukan oleh anak, tidak hanya menirukan secara persis
(mimikri) hal yang dilakukan orang lain, tapi anak memilih hal-hal yang
dianggap oleh anak menarik untuk ditirukan.
• Pengkondisian
Mekanisme perolehan bahasa melalui
pengkondisian diajukan oleh B.F Skinner. Mekanisme pengkondisian atau
pembiasaan terhadap ucapan yang didengar anak dan diasosiasikan dengan objek
atau peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu kosa kata awal yang dimiliki oleh
anak adalah kata benda.
• Kognisi sosial
Anak memperoleh pemahaman terhadap
kata (semantik) karena secara kognisi ia memahami tujuan seseorang memproduksi
suatu fonem melalui mekanisme atensi bersama. Adapun produksi bahasa diperolehnya
melalui mekanisme imitasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar